kei.medika@gmail.com 08117450412
...
Laboratorium

Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, dan memulihkan kesehatan.

Laboratorium klinik umum adalah laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, dan imunologi klinik.

Laboratorium klinik umum utama, yaitu laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih lengkap dari laboratorium klinik umum madya dengan teknik automatik.

Klik di Sini untuk Pesan Layanan Kami via WA
Pemeriksaan RF

Apa itu pemeriksaan RF?

Pemeriksaan RF merupakan prosedur medis untuk mengetahui seberapa banyak kadar rheumatoid factor yang ada dalam darah. Rheumatoid factor adalah protein hasil produksi sistem kekebalan tubuh yang dapat menyerang jaringan sehat dalam tubuh.

Normalnya, sistem kekebalan tubuh bekerja untuk menyerang zat penyebab penyakit seperti virus dan bakteri. Namun, pada orang-orang yang memiliki autoimun, sistem kekebalan tubuh gagal berfungsi dan malah berbalik menyerang jaringan tubuh yang sehat secara tidak sengaja.

Bila pemeriksaan menunjukkan kadar RF yang tinggi, maka bisa jadi seseorang memiliki penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus (SLE). Tinggi kadar RF sering dikaitkan dengan penyakit rheumatoid arthritis dan sindrom Sjogren.

Meski demikian, faktor ini juga dapat ditemukan pada orang-orang yang sehat. Selain itu, ada pula beberapa orang dengan penyakit autoimun yang memiliki tingkat rheumatoid factor dalam kadar normal.

Karena alasan tersebut dan mengingat gejala penyakit autoimun bisa menyerupai gejala penyakit lain, maka biasanya dokter akan melakukan lebih dari satu jenis pemeriksaan untuk benar-benar mendeteksi penyakit Anda.

Pemeriksaan lainnya dapat meliputi pemeriksaan antibodi anti-nuclear (ANA), antibodi anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP), protein C-reactive (CRP), dan erythrocyte sedimentation rate (ESR).

Kapan saya harus menjalani pemeriksaan RF?

Anda mungkin memerlukan pemeriksaan RF bila mulai mengalami gejala-gejala yang terkait dengan penyakit autoimun. Gejalanya termasuk:

  • nyeri sendi,
  • kaku sendi, terutama di pagi hari,
  • sendi membengkak,
  • mudah kelelahan,
  • demam ringan,
  • rambut rontok, dan
  • muncul bercak kemerahan di awah (sekitar pipi dan hidung mirip bentuk kupu-kupu).

Gejala autoimun kerap sulit dibedakan dari gejala penyakit lainnya. Namun terlepas dari itu, Anda tetap harus waspada bila merasakan gejala-gejala yang tak biasa.

Terutama bila selama ini tubuh yang terasa sehat tiba-tiba menjadi lebih mudah lelah atau mengalami kaku sendi yang tak kunjung menghilang.

Risiko pemeriksaan RF

Pemeriksaan rheumatoid factor melibatkan pengambilan sampel darah. Prosedur ini rendah risiko dan sangat aman bagi banyak orang, termasuk mereka yang memiliki kondisi medis tertentu.

Mungkin pengambilan darah akan terasa sedikit sakit dan dapat menimbulkan sensasi seperti tersengat. Jarum juga bisa meninggalkan luka kecil pada kulit di sekitar area tempat darah diambil. Luka dan bengkak nantinya menghilang dalam beberapa hari.

Hanya saja, pemeriksaan mungkin akan lebih sulit dijalani bila Anda memiliki ketakutan terhadap jarum dan darah atau memiliki kondisi yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk pembekuan darah.

Apa itu pemeriksaan RF?

Pemeriksaan RF merupakan prosedur medis untuk mengetahui seberapa banyak kadar rheumatoid factor yang ada dalam darah. Rheumatoid factor adalah protein hasil produksi sistem kekebalan tubuh yang dapat menyerang jaringan sehat dalam tubuh.

Normalnya, sistem kekebalan tubuh bekerja untuk menyerang zat penyebab penyakit seperti virus dan bakteri. Namun, pada orang-orang yang memiliki autoimun, sistem kekebalan tubuh gagal berfungsi dan malah berbalik menyerang jaringan tubuh yang sehat secara tidak sengaja.

Bila pemeriksaan menunjukkan kadar RF yang tinggi, maka bisa jadi seseorang memiliki penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus (SLE). Tinggi kadar RF sering dikaitkan dengan penyakit rheumatoid arthritis dan sindrom Sjogren.

Meski demikian, faktor ini juga dapat ditemukan pada orang-orang yang sehat. Selain itu, ada pula beberapa orang dengan penyakit autoimun yang memiliki tingkat rheumatoid factor dalam kadar normal.

Karena alasan tersebut dan mengingat gejala penyakit autoimun bisa menyerupai gejala penyakit lain, maka biasanya dokter akan melakukan lebih dari satu jenis pemeriksaan untuk benar-benar mendeteksi penyakit Anda.

Pemeriksaan lainnya dapat meliputi pemeriksaan antibodi anti-nuclear (ANA), antibodi anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP), protein C-reactive (CRP), dan erythrocyte sedimentation rate (ESR).

Kapan saya harus menjalani pemeriksaan RF?

Anda mungkin memerlukan pemeriksaan RF bila mulai mengalami gejala-gejala yang terkait dengan penyakit autoimun. Gejalanya termasuk:

  • nyeri sendi,
  • kaku sendi, terutama di pagi hari,
  • sendi membengkak,
  • mudah kelelahan,
  • demam ringan,
  • rambut rontok, dan
  • muncul bercak kemerahan di awah (sekitar pipi dan hidung mirip bentuk kupu-kupu).

Gejala autoimun kerap sulit dibedakan dari gejala penyakit lainnya. Namun terlepas dari itu, Anda tetap harus waspada bila merasakan gejala-gejala yang tak biasa.

Terutama bila selama ini tubuh yang terasa sehat tiba-tiba menjadi lebih mudah lelah atau mengalami kaku sendi yang tak kunjung menghilang.

Risiko pemeriksaan RF

Pemeriksaan rheumatoid factor melibatkan pengambilan sampel darah. Prosedur ini rendah risiko dan sangat aman bagi banyak orang, termasuk mereka yang memiliki kondisi medis tertentu.

Mungkin pengambilan darah akan terasa sedikit sakit dan dapat menimbulkan sensasi seperti tersengat. Jarum juga bisa meninggalkan luka kecil pada kulit di sekitar area tempat darah diambil. Luka dan bengkak nantinya menghilang dalam beberapa hari.

Hanya saja, pemeriksaan mungkin akan lebih sulit dijalani bila Anda memiliki ketakutan terhadap jarum dan darah atau memiliki kondisi yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk pembekuan darah.