Kateter urine adalah selang yang
dimasukkan kedalam kandung kemih untuk mengalirkan urine. Kateter ini
dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung kemih, namum metode lain yang
disebut pendekatan suprapubik dapat digunakan (Marelli, 2007).
Kateter
merupakan alat yang dimasukkan ke saluran kencing untuk membantu mengeluarkan
urin. Pemasangan selang kateter dilakukan pada beberapa kondisi seperti saat
mengalami retensi urin, pada pasien perawatan intensif, pasien akan dioperasi,
dan sebagainya.
Kateterisasi dapat
menjadi tindakan yang menyelamatkan jiwa, khususnya bila traktus urinarius
tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan urinasi. Kateterisasi juga dapat
digunakan dengan indikasi lain, yaitu untuk menentukan perubahan jumlah urin
sisa dalam kandung kemih setelah pasien buang air kecil, untuk memintas suatu
obstruksi yang menyumbat aliran urin, untuk menghasilkan drainase pascaoperatif
pada kandung kemih, daerah vagina atau prostat, atau menyediakan cara-cara
untuk memantau pengeluaran urin setiap jam pada pasien sakit berat (Smeltzer
& Bare, 1996/2002).
Kapan kateter harus
diganti?
Berdasarkan
teori bahwa penggunaan kateter dalam jangka waktu <72 jam dapat mencegah
infeksi saluran kemih sedangkan penggunaan kateter dalam jangka waktu yang lama
(>72 jam) dapat menyebabkan resiko infeksi saluran kemih. tanpa disadari hal
ini dapat menambah penyakit bagi pasien karena adanya kateter yang terlalu lama
yang dapat menyebabkan berkembangnya bakteri (Sitorus, 2012).
Penggunaan kateter kandung kemih menetap,
bakteri naik di sepanjang sisi luar kateter pada dinding uretra atau naik ke
lumen kateter. Kateter mengganggu mekanisme berkemih normal yang bertindak
sebagai pertahanan melawan organisme yang masuk ke dalam uretra. Iritasi lokal
pada uretra atau kandung kemih nantinya akan menjadi faktor predisposisi
masuknya bakteri ke dalam jaringan (Potter, 2006).
Bakteri dalam urin (bakteriuria) dapat memicu
penyebaran organisme ke dalam aliran darah dan ginjal. Mikroorganisme sering
masuk ke dalam saluran kemih melalui rute uretra asenden. Bakteri menempati
uretra distal, genetalia eksterna dan vagina pada wanita. Organisme masuk ke
dalam meatus uretra dengan mudah dan naik ke lapisan mukosa bagian dalam menuju
kandung kemih (Yoshikawa, 1993 dalam Potter, 2006). Menurut Semaradana (2014),
sebagian besar bakteri masuk melalui ekstraluminal (66%), dapat terjadi inokulasi
langsung saat kateter dimasukkan atau dapat terjadi kemudian jika bakteri dari
meatus uretra naik (ascend) sepanjang permukaan luar kateter di mukosa
periuretra. Mekanisme intraluminal terjadi karena refluks bakteri dari urobag
atau dari area pertemuan kateter dengan urobag yang telah terkontaminasi. Bakteri
dapat berkolonisasi di dalam kandung kemih dalam 3 hari. Jika penggunaan
kateter lebih lama dari aturan maka akan menjadi tempat yang baik bagi bakteri
untuk berkembang biak sehingga kemngkinan infeksi dapat terjadi.
Hal
ini dapat dilihat dalam penelitian Sitorus (2012) dimana penelitian yang
dilakukannya kepada 20 responden, dari 14 responden yang penggunaan kateter
tidak sesuai dengan aturan (>4 hari) yang mengalami infeski saluran kemih
sebanyak 11 responden. Sedangkan menurut Hartawan, Taza, & Sukriyadi (2012)
dalam penelitiannya, didapatkan hasil bahwa dari 30 responden, dari 15
responden yang penggunaan kateter tidak sesuai dengan aturan (>4 hari) yang
mengalami infeski saluran kemih sebanyak 10 responden.
Hasil Penelitian menunjukkan terdapat pasien rawat yang mengalami infeksi saluran kemih dan terdapat pasien menggunakan kateter yang tidak sesuai aturan (>7 hari). Terdapat hubungan antara lamanya penggunaan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih.
Bagaimana perawatan
kateter?
Bagi perawat ruangan, disarankan untuk dapat
meningkatkan pelayanan dalam hal pemasangan kateter pasien, melakukan perawatan
kateter dengan baik dan benar selama pasien terpasang kateter, serta memperhatikan
lebih serius dalam pengawasan dan pergantian kateter secara periodik.
Bakteri juga dapat menginfeksi saluran
kemih pada hari kedua dan ketiga setelah kateter dipasang. Karena itu, Anda
juga harus memastikan bahwa Anda telah merawat kateter dengan benar. Sebagai
upaya mencegah infeksi, Anda dapat menerapkan cara berikut:
Prinsip mencegah infeksi
ini tidak hanya berlaku di rumah sakit, tapi juga di rumah Anda bila Anda masih
harus menggunakan kateter. Sebelum pulang dari rumah sakit, tanyakan pada
perawat Anda semua hal yang perlu Anda ketahui tentang perawatan kateter. Bila
muncul gejala infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter,
Source
:
Hartawan,
M., Taza, H. & Sukriyadi. (2012). Hubungan antara pemasangan kateter dengan
kejadin infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Lapatarai
kabupaten Baru. Jurnal STIKES Nani Hasanuddin Makasar, 1(4): 1-8
Smeltzer,
S. C. & Bare, B. G. (2002). Brunner and Suddarth’s textbook of medical
surgical nursing (8th edition). (Alih bahasa: Agung Waluyo, Yasmin Asih, Juli,
Kuncara, I Made Kariasa). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. (Buku asli
diterbitkan 1996).