Dilansir dari halaman Kompas.com, Penny K Lukito selaku Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization) terhadap vaksin Covid-19 yang baru yaitu Zivifax. Vaksin ini mendapat izin karena telah dikaji bersama Tim Komite Nasional Penilaian Khusus Covid-19 dan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Tim ini memberikan penilaian terhadap mutu vaksin yang berpedoman kepada evaluasi mutu vaksin internasional. Vaksin Zivifax merupakan vaksin buatan China oleh perusahaan Anhui Zhi Fei Long Com Biopharmaceutical dan dikembangkan di Indonesia oleh PT Jakarta Biopharmaceutical Industry. Vaksin dibuat menggunakan spike virus yang merupakan bagian yang menonjol pada sisi luar virus.bagian ini terbuat dari glikoprotein. Pembuatannya menggunakan bantuan rekombinan protein subunit. Cara kerja vaksin ini sama dengan cara kerja vaksin pada umumnya yang telah legal. Dosis yang diberikan pada setiap injeksi adalah 25 mikrogram atau 0,5 mililiter. Vaksin disuntikan sebanyak 3 kali lewat otot atau intramuskular. Pemberian vaksin diberikan dengan jarak satu bulan antar pemberian tiap dosisnya. Sedangkan vaksin lain umumnya diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval satu bulan. Vaksin Varivax harus disimpan dalam suhu 2 hingga 8 derajat Celcius agar tidak mengalami kerusakan. Vaksin ini telah menyelesaikan fase uji klinis yang ke-1, 2, dan 3. Vaksin akan bekerja dengan penuh setelah pemberian dosis lengkap sebanyak 3 kali. Menurut Direktur Utama PT Jakarta Biopharmaceutical Industry yaitu Mahendra Suhartono, pemberian vaksin Zivifax sebanyak 3 kali berguna untuk memberikan perlindungan yang maksimal. Berdasarkan uji klinis fase II, pemberian vaksin Zivifax sebanyak dua dosis cukup untuk memberikan perlindungan pada tubuh. Sehingga pemberian lebih dari dua dosis berguna untuk perlindungan jangka panjang. Bahkan Kepala BPOM Penny K Lukito mempertimbangkan untuk menjadikan vaksin Zivifax sebagai booster vaksin. Namun proses ini harus menjalani uji klinis lebih lanjut untuk mengetahui respon imunnya. Vaksin booster ini dapat diberikan berupa maupun berbeda dengan vaksin yang telah diberikan sebelumnya Vaksin Varivax memiliki efikasi yang beragam terhadap varian virus Corona yang berbeda. Vaksin ini memiliki fikasisebesar 77,47% terhadap varian Delta yang memiliki keganasan tinggi. Selain itu Zovirax memiliki efikasi terhadap varian Alpha sebesar 92,93%, varian Gamma 100 %, dan varian Kappa 90%. Selain itu berdasarkan rentang usianya, vaksin Zivifax memiliki efikasi sebesar 81,51 % pada orang dengan rentang usia 18 hingga 59 tahun dan 87,58% pada lansia berusia 60 tahun ke atas. Seperti vaksin pada umumnya, vaksin ini juga menimbulkan efek samping. Efek Samping yang paling umum adalah nyeri pada bekas suntikan. Kemudian efek samping lain yang juga kerap timbul adalah sakit kepala, kelelahan, demam, nyeri otot, batuk, mual, dan diare. Namun pemberian vaksin ini belum direncanakan untuk digunakan dalam waktu dekat. Kepala BPOM berharap PT JBi mau melakukan investasi sektor obat dan vaksin di Indonesia agar vaksinasi ini dapat diwujudkan. Referensi: