• kei.medika@gmail.com
  • +628117450412
Tekanan Mental di Kala Pandemi

Merebaknya pandemi membuat sebagian orang menjadi gelisah hingga takut berlebihan. Takut yang ditimbulkan dapat disebabkan oleh takut akan terpapar ataupun takut akan memburuknya keadaan ekonomi seseorang serta keuangan pekerjaan. Beberapa Orang dapat mengelola stress dengan baik namun sebagian lagi tidak.

Ketakutan juga dapat menimpa lansia hingga orang yang memiliki Riwayat penyakit parah seperti jantung, diabetes, hipertensi, dan lain-lain sebab merekalah yang paling rentan mengalami perburukan gejala akibat Covid-19. Stress pun juga dapat menimpa kalangan muda akibat frekuensi bersosialisasi menjadi sangat dibatasi dan sebagian menghadapi kesulitan mengakses pendidikan selayaknya.

Perlu diketahui bahwa stress tidak hanya menyerang masyarakat awam. Tenaga kesehatan pun juga mengalami tekanan mental yang sama,dan bahkan lebih parah. Hal Ini disebabkan oleh stigma yang mereka alami, tuntutan yang tinggi akibat memuncaknya pasien Covid-19, ketidaknyamanan saat menggunakan pakaian khusus berupa APD hingga ketakutan mereka akan menularkan virus terhadap keluarga mereka. Mereka Pun juga dihadapi dengan kelelahan luar biasa dan jam kerja yang tidak menentu sehingga kekuatan sistem imun mereka dapat melemah.

Saat pandemic, kegiatan belajar pun dilakukan di rumah. Hal ini membuat sebagian orang tua khususnya para ibu mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan Pendidikan anak. Hal ini ditunjukkan dengan persentase ibu yang mengalami gangguan kecemasan, dan depresi lebih besar yaitu 49% dibandingkan para pria yaitu 40%. Kesulitan yang ibu rumah tangga alami adalah berupa perubahan rutinitas sehari-hari yang membuat semakin melelahkan.

Sedangkan bagi anak-anak dan remaja, stress dapat mengurangi keaktifan mereka yang diiringi dengan memburuknya pola makan. Perubahan aktivitas yang begitu signifikan juga membuat mereka menghabiskan waktu jauh lebih banyak menggunakan perangkat mereka seperti komputer dan ponsel sebagai sarana belajar ataupun untuk bermain. Semakin lama terpapar cahaya perangkat ponsel maka akan memicu gangguan jam tidur. Kurangnya interaksi sosial juga memicu stress dan kejenuhan yang jika tidak diatasi dengan baik akan menimbulkan gangguan kesehatan.

Pandemi Juga mempengaruhi tekanan mental pada remaja yang beranjak dewasa seperti orang yang berusia 18 hingga 25 tahun. Pada orang dengan rentang usia ini juga rentan terhadap gangguan kesehatan mental akibat kesulitan mendapatkan pekerjaan, tekanan masa perkuliahan, kehilangan pekerjaan, kesulitan ekonomi, hingga penyesuaian diri terhadap WFH (Work From Home) atau Remote work. Stress yang mereka alami akan memicu penyalahgunaan zat seperti konsumsi alkohol, rokok, dan obat terlarang yang berlebihan hingga gangguan kecemasan dan depresi.

Stress yang dialami secara massal juga diperburuk dengan media informasi yang beredar. Hal ini menyebabkan kecenderungan diskriminasi terhadap pasien Covid-19 beserta anggota keluarganya. Untuk Itu selalu cek kebenaran berita yang anda dapatkan dari sumber resmi.

Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan ini dapat memicu gangguan kesehatan hingga gangguan mental. Stress juga dapat membuat penderitanya mengalami gangguan tidur, perubahan pola makan, dan memicu pengalih stress yang tidak baik seperti penggunaan rokok dan alkohol berlebihan.

Stress berlebihan dan tidak teratasi dengan baik akan mengganggu kerja imun sehingga semakin rentan terinfeksi Covid-19 dan mengalami perburukan gejala.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia merekomendasikan cara untuk menangkal dan mengurangi stres di masa pandemic dengan cara berikut:

  • Batasi perolehan informasi terlebih yang membuat anda semakin takut dan tidak nyaman yang umumnya bersumber dari sosial media dan televisi.

  • Cukupkan aktivitas fisik sehari-hari

  • Cukupi kebutuhan istirahat

  • Penuhi nutrisi yang bermanfaat dan kurangi makanan yang tidak sehat

  • Lakukan aktivitas yang menyenangkan yang dapat mengalihkan perasaan takut 

  • Dapatkan dukungan untuk menghadapi kesulitan bersama-sama

  • Bicarakan ketakutan anda pada orang-orang terpercaya

Untuk Itu, di masa sulit ini penting sekali untuk saling mendukung dan memenangkan satu sama lain. Bicarakanlah tentang ketakutan dan kecemasan anda dengan orang yang terpercaya. Selain itu buatlah anak agar nyaman untuk membicarakan keluhan mereka kepada anda. Untuk Mencegah ketakutan semakin merebak, batasi asupan informasi yang membuat  anda semakin cemas. Kemudian selalu saring informasi yang anda dapatkan.

Selain itu, fokuslah untuk pencegahan dengan cara menghindari infeksi Covid-19. Maka Selalu jaga kesehatan dan patuhilah protokol kesehatan yang ditetapkan. Kurangilah frekuensi di luar rumah untuk hal yang tidak memiliki urgensi tinggi. Untuk semakin meyakinkan anda apakah terpapar atau tidak, cobalah untuk melakukan tes swab antigen, terlebih jika anda mengalami gejala khas Covid-19.

 

Referensi:

Yang C, Chen A, Chen Y (2021) College students’ stress and health in the COVID-19 pandemic: The role of academic workload, separation from school, and fears of contagion. PLoS ONE 16(2): e0246676. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0246676

https://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/4640/1985

https://www.kff.org/coronavirus-covid-19/issue-brief/the-implications-of-covid-19-for-mental-health-and-substance-use/

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/coronavirus/stressed-about-covid19-heres-what-can-help

https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2020.591797/full

 


 Nur Elva Zuhrah
Nur Elva Zuhrah
  • Kategori: Covid 19
  • Tags: Covid-19, mental